Fira dan Dhani
Jejak senja menyusupi malam yang kelam. Fira tak tahan lagi menghadapi neneknya. Nenek jahat yang begitu jahat padanya meminta mengasihaninya. Hati yang semurni safir itu, pernah pecah dan retak karena kezaliman nenek. Namun ia tidak pernah tahu, kalau sakit hatinya luluh karena ketidakberdayaan orang yang pernah menyakiti dirinya dan seluruh keluarganya, ia juga takkan menduga, itu jugalah yang menjadi pintu jodohnya.
Neneknya memohon-mohon untuk dibawa ke rumah sakit. Dia tersiksa dengan luka diabetik yang dialami. Tapi apa daya Fira, dia hanya cucu di keluarga ini. Dia tidak bisa seenaknya menggendong nenek ke rumah sakit. Ini semua harus dirundingkan terlebih dahulu dengan kedua belas anaknya yang lain.
Fira, dia gadis yang sangat beruntung. Cucu kebanggaan keluarga ini. Dari puluhan cucu yang dimiliki si nenek jahat, hanya ia dan adiknya yang berkesempatan merawat si nenek di usia senjanya. Fira bahagia akan hal itu, dia menganggapnya hikmah dari segala penderitaan yang ia alami. Walau sebelumnya ia berdarah darah menahan perih luka akibat perbuatan si nenek.
Mereka sepakat membawa nenek ke klinik luka. Malam ini ia tidur di sana. Ia menemankan nenek yang sungguh kasihan, tiada satupun yang mau menemaninya. Hanya Fira. Dan juga mereka bertemu pertama kalinya disini. Dhani, perawat cowok yang membuat jantungnya berdetak tak keruan.
Neneknya cerewet sekali. Namun itu wajar untuk orang tua seusianya. Fira maklum dan selalu berusaha bersabar. Ia sudah terbiasa dengannya. Kali ini neneknya meminta ia menggendongnya agar bergeser mendekati ujung kasur pasien. Ia segera tergopoh gopoh ke ruangan bang Dhani.
"Permisi Bang. Tolong, angkatkan nenek saya!"
Abang itu tersenyum dan tertawa. Dalam benak Fira, apa yang lucu? Dhani segera menuju tempat nenek Fira. Dia mengangkatnya dengan kuat.
Fira kagum dengannya, tampak macho banget. Tapi dia menggumam, dia kan cowok wajar dong kalo kuat ngangkat neneknya.
Seminggu disana, neneknya dinyatakan boleh pulang. Meski begitu. Jodoh seperti mengatur ia dan Dhani. Pertemuan mereka tidak berakhir. Bahkan hingga kini. Setiap dua hari sekali Dhani datang untuk merawat luka neneknya. Fira mati matian berusaha. Dia jatuh hati pada pemuda tampan dan ramah ini. Dia menjadi lebih rapi dan merawat tubuhnya. Tapi hingga kini tak ada sinyal kalau Dhani juga tertarik padanya.
Bulan Agustus hampir berakhir. Fira sudah menyerah. Usahanya tidak membuahkan hasil apapun. Dhani tampaknya tidak menaruh perasaan pada Fira. Fira berhenti dengan sendirinya. Ia yang berjanji menunggu Dhani, kali ini melepaskan janjinya. Dia menghindar dari Dhani. Setiap mengingat namanya, hatinya terasa sesak. Menyadari betapa tidak sempurnanya dia sehingga tak bisa merebut hati Dhani.
Di sore hari menjelang malam. Entah ada angin apa. Tiba-tiba saja sebuah chat masuk ke ponsel Fira. Chat dari Dhani. Fira antusias. Biasanya ia yang chat duluan. Dan, kadang tidak dibalas. Tapi kali ini aneh.
"Assalamualaikum Fi. Apa kabarnya?"
Fira bahagia sekali. Apa maksudnya ini? Hatinya menerka. Namun ia tak mau menjadi gadis yang murah ia menunjukkan kualitasnya.
"Waalaikumsalam. Alhamdulillah baik. Tumben ngechat, ada apa ya?"
Dia menjawab sekenanya saja. Seperti ingin membalas perlakuan dingin yang ia dapatkan sebelumnya.
Dhani yang berada di rumahnya bingung menjawab apa. Dia mengakui hatinya sendiri kali ini. Dia menyukai gadis muda itu. Gadis yang sangat ia kagumi. Gadis manis yang menyayangi neneknya. Dia tidak menjawab chat balasan Fira. Dia malah mengambil dan membuka kotak cincin yang telah dibeli sebelumnya. Hatinya ragu, ia takut ditolak. Kali ini dia mematahkan rasa takutnya. Dia akan mencoba.
Fira menanti balasan. Hatinya mendengus. Husss. Kenapa juga aku harus jadi orang bodoh yang menanti balasan chat seperti ini. Dia berbaring baring santai seraya belajar untuk persiapan kuliah besok.
Hape nya bunyi lagi. Dia berdebar ingin melihat apa balasannya. Matanya terbelalak. Dia terperanjat.
"Abang dah di rumah Fi. Keluar Fi, ada hal penting yang ingin abang omongkan."
Tanpa ba bi bu. Fira segera keluar. Rasa bahagia meliputi hartinya yang pernah luka.
Fira keluar dengan hati hati. Melewati adiknya yang sedang tidur. Dia membuka pintu dengan senyuman yang luar biasa. Dhani terpesona seperti biasa. Kali ini ia tak bisa menahan perasaannya pada Fira. Gairahnya begejolak sebagai pria.
"Eh, ada apa Bang! Sampai kesini?"
Fira bertanya heran. Dhani turun dari motornya. Ia menatap Fira sampai Fira menahan nafas. Jantungnya. Jantungnya sungguh kacau.
"Maaf mengganggu malam malam begini. Abang ada sesuatu untuk Fira."
Dia menyerahkan kotak pink yang cantik itu. Fira tak dapat menahan perasaannya ketika melihat kotak itu. Ia sungguh bahagia hingga air matanya jatuh.
"I... ni? Untuk saya?"
Dhani salah tingkah melihat reaksi Fira yang menangis. Dia membuka kotak tersebut. Sepasang cincin putih yang indah.
"Fira mau menerimanya?"
Fira tak bisa berkata kata lagi. Ia speechless. Hanya mampu mengangguk pelan.
Dhani memasangkan cincin itu di jari manis kanan Fira. Seolah menandai, kini Fira adalah miliknya. Kemudian dia memakai yang satunya di jarinya. Setelah itu ia berkata,
"I love you, Fira."
Kalimat terindah yang sangat dinantikannya.
"Me too." Fira menjawabnya dengan pelan.
Mereka berdua resmi menjadi sepasang kekasih. Tanpa orangtua dan keluarga Fira tahu. Itu karena Fira menyadari nasehat ayahnya yang tidak suka ia berpacaran sebelum lulus kuliah. Namun semua keluarga Dhani telah mengenal Fira. Dia melamar Fira tepat saat Fira wisuda. Kisah cinta mereka berakhir bahagia selamanya.
August 20th, 2016. 10.07 pm
Post a Comment
0 Comments